اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ
فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah.
Mengawali khutbah mari kita selalu
bersyukur kepada Allah swt. Shalawat serta salam semoga Allah limpahkan kepada
Rasulillah Muhammad saw. Selanjutnya saya berwasiat mari kita selalu
memperbarui dan meningkatkan kuantitas maupun kualitas amal ibadah, keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah swt. Dengan tekun menjalankan perintah-perintah-Nya dan
menjauhi larangan-larangan-Nya.
Jama’ah siding shalat jumat yang
dirahmati Allah swt.
Kenangan yang selalu diingat umat
Islam terhadap tahun baru hijriyah adalah peristiwa hijrahnya Rasulullah saw.
dari kota Makkah ke Madinah. Peristiwa
itu menjadi tonggak kebangkitan umat Islam di era awal kelahirannya ketika
Rasulullah saw. sedang meletakkan sendi-sendi kehidupan sosial umat Islam di
Madinah. Jika dibaca dalam shirah nabawiyah
akan tampak betapa Rasulullah saw. pada saat itu sedang melakukan satu revolusi
sosial yang cukup dahsyat. Hasil
revolusi sosial itupun akhirnya benar-benar berhasil sehingga memunculkan satu
sistem kehidupan sosial umat Islam yang luar biasa.
Jama’ah shalat jum’at yang di
rahmati Allah swt.
Paling tidak ada 5 landasan sistem
kehidupan sosial yang dibangun oleh Rasulullah saw. sat itu, yaitu :
Pertama, al-ukhuwah al-imaniyah
yaitu rasa persaudaraan antar kaum mukminin tanpa memandang bani, suku dan
banhkan bangsa. Semua orang yang beriman di manapun berada adalah saling
bersaudara. Landasan ukhuwah imaniyah
adalah QS: al-Hujurat (49): 10 yaitu :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ
أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Sesungguhnya orang-orang mukmin
adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah
kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.
Dengan landasan ayat itulah
Rasulullah saw. mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshar ketika sampai di
kota Madinah saat hijrah. Untuk itu,
seharusnya umat Islam sekarang pun mempunyai sikap seperti itu, menjadikan
semua kaum mukminin di manapun berada sebagai saudara yang betul-betul saudara
dan ikatannya lebih kuat bahkan dengan saudara sedarah pun yang berbeda
keyakinan.
Kedua, al-musawwah yaitu sikap
egaliterime atau memandang semua manusia dalam kehidupan sosial adalah
sederajat dan sama kedudukan di mata Allah swt.
Yang membedakan di antara manusia satu dengan yang lain hanyalah tingkat
ketakwaannya kepada Allah swt. Untuk itu
tidak pantas jika umat islam yang mempunyai kekayaan, jabatan, status sosial
dan kedudukan memandang orang lain lebih rendah dari dirinya sehingga selalu
minta dihargai dan dihormati secara berlebihan. Lihat QS: al-Hujurat (49): 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ
وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.
Jama’ah shalat jumat yang
dirahmati Allah swt.
Landasan kehidupan sosial Ketiga
adalah at-ta’awwun yaitu sikap
kepedulian dengan sesama manusia, apalagi sesama kaum mukminin sehingga apabila
ada di antara manusia yang mengalami kesulitan segera saja ia memberkan
pertolongan. Sikap suka menolong kepada
siapapun yang membutuhkan pertolongan adalah ciri khas umat Islam. Untuk membangun kehidupan sosial yang penuh
kebersamaan dan kesejahteraan, maka sikap saling tolong menolong satu dengan
yang lain dalam hal kebaikan harus dikedepankan. Lihat QS: al-maidah (5): 2
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا
تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran.
Kempat, at-tasammuh, yaitu sikap
toleraansi dalam berbagai kehidupan di antara sesame umat Islam apapun
agamanya. Sikap toleransi adalah sikap
menghormati, menghargai dan memberi kesempatan kepada siapapun dalam
menjalankan kehidupan keberagamannya dan tidak mengganggunya. Toleransi juga berarti tidak memaksakan
ajaran agama kepada siapapun untuk menerimanya. Jadi, sikap toleransi tidak
berarti menggabungkan nilai-nilai ajaran agama satu dengan yang lain, apalagi
sampai mencampuradukkannya dalam bentuk ritual-ritual keagamaan secara
bersama-sama. Lihat QS: al-Kafirun (109): 6, yaitu :
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Untukmulah agamamu dan untukkulah
agamaku”.
Sistem kehidupan sosial berikutnya yang kelima yaitu, al’adalah
prinsip kehiduapn sosial yang penuh dengan nilai-nilai keadailan. Nilai keadilan adalah sikap memperlakukan
siapapun sesuai dengan proporsinya. Lihat QS: an-Nahl (16): 90
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ
وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Jama’ah shalat Jum’at yang
berbahagia dan dirahmati Allah
Lima landasan sistem kehidupan
sosial itulah yang mula-mula diletakkan Rasulullah saw. ketika mengawali
Pembangunan masyarakat Madinah. Hasilnya
sungguh luar biasa, yaitu munculnya tatanan masyarakat yang berperadaban
tinggi, masyarakat Ideal dan menjadi tauladan bagi siapapun. Semoga kita semua dapat menauladaninya dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Aamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
Khutbah Kedua:
الْحَمْدَ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي
قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَآلِهِ
وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ فِيْ سُنَتِهِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ اِتَّقُوا
اللهَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ.
Di khutbah yang kedua ini kembali
saya mengajak marilah lima landasan dalam kehidupan bermasyarakat yang telah
diletakkan Rasuullah saw. 15 abad yang lalu itu kita praktekkan dalam kehodupan
sehari-hari. Dengan mempraktekkan lima
landasan sistem kehidupan sosial Islam di atas mudah-mudahan masyarakat di mana
kita tinggal betul-betul dapat menjadi masyarakat yang baik dan juga
berperadaban tinggi, aman damai dan sejahtera. Aamiin yaa rabbal ‘alamiin.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ
قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ
الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا
طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ
الدِّيْنِ