Pentingnya Berhati-hati
http://www.suaramuhammadiyah.id/2018/12/13/pentingnya-berhati-hati/
إِنّ الْحَمْدَ
ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ
مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه
اَللهُمّ
صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jamaah
Jumat rakhimakumullah!
Alangkah
terpuji hamba yang selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah swt.
berikan. Dan semoga kita tidak tergolong hamba yang kufur terhadap-Nya. Setiap
apapun yang Allah berikan adalah cara Allah menguji seberapa tingkat kecintaan
kita pada-Nya yang dengan keluasan rahmat-Nya semoga kita mendapat cinta-Nya
yang tak terbatas dan tiada dua.
Shalawat
dan salam kita hatur dan tunjukkan kepada Baginda Muhammad saw. Yang semoga
kita termasuk golongan manusia yang mencintai pribadinya dan mengikuti langkah
hidupnya. Dan mari kita setia menapaki jalan menuju ketaqwaan dan kepasrahan
kepada Allah. Selalu mawas diri dan rendah hati kepada semua makhluq. Agar kita
menjadi ummat yang radhiyatan mardhiyatan. Ridha kepada Allah dan Allah ridha
kepada kita.
Jamaah
Jumat rakhimakumullah!
Kita
sedang dihadapkan pada zaman dimana akses informasi begitu mudahnya kita
dapatkan. Segala pengetahuan juga tidak sulit kita peroleh. Dalam era digital
seperti ini, begitu banyak bertebaran hal-hal yang sebelumnya sama sekali tidak
pernah kita ketahui lantas sekejap dapat kita ketahui. Dari lingkungan sekitar
kita sampai ke seluruh penjuru dunia.
Barangkali
telah banyak muballigh, ustaz, kiai, atau ulama di berbagai mimbar di berbagai
tempat yang selalu menasehatkan agar bersikap arif dan bijaksana dalam menerima
informasi yang bertebaran. Salah satunya dengan memegang teguh prinsip tabayyun
atau konfirmatif dalam mengolah informasi yang kita terima. Prinsip ini dapat
selalu kita berlakukan dalam banyak aspek yang berkaitan dengan kabar,
informasi, berita atau pengetahuan. Prinsip ini bahkan dititahkan langsung oleh
Allah swt. dalam QS. Al-Hujurat ayat 6 yang berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا
بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ
“Wahai
orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu
berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak
mencelakakan suatu kaum dengan kebodohan (kecerobohan) sehingga menjadikan kamu
menyesali apa yang kamu telah lakukan.”
Standar
“orang fasik” ini begitu sulit kita ukur. Bahkan bisa jadi kita tidak pernah mampu
selesai mengukurnya. Karena barangkali memang, kita tidak pernah mempunyai hak
untuk memberi sematan dan penilaian apapun kepada orang lain. Maka berlakulah
prinsip umum. Seluruh kabar yang datang, sangat perlu untuk kita telisik dan
selidiki sehingga tidak dengan begitu saja kita telan tanpa terlebih dahulu
kita kunyah masak-masak. Apalagi untuk lantas menyebarkan berita atau informasi
kepada orang lain. Agar dapat kita hindarkan apa yang telah Allah swt.
wanti-wantikan yakni agar setiap berita yang kita sebarluaskan tidak
menyebabkan suatu kaum celaka dengan kebodohan atau kecerobohan. Nauzubillah.
Jamaah
Jumat rakhimakumullah!
Prinsip
tabayyun dalam berhadapan dengan informasi pada akhirnya akan membetuk sikap
kehati-hatian dalam diri kita. Sikap berhati-hati inilah yang dirasa masih
kering dan belum hidup dalam sanubari kita masing-masing sebagai seorang
muslim. Padahal, berhati-hati adalah merupakan karakter atau identitas
kepribadian seorang muslim. Berhati-hati dapat menghindarkan kita dari sikap
ceroboh. Yang apabila tidak berhati-hati pada akhirnya kecerobohan itu akan
berdampak buruk bagi diri kita sendiri dan tentu akan berdampak buruk pula bagi
orang lain. Terlebih dalam era informasi seperti sekarang ini. Sikap
kehati-hatian perlu kita tanam dalam-dalam.
Selain
untuk menghadapi kabar atau informasi, sikap berhati-hati juga harus kita
terapkan ketika bertemu dengan pihak atau orang lain. Terlebih kepada orang
atau sosok yang baru kita kenal atau sama sekali belum kita kenal. Perlu proses
yang panjang untuk akhirnya kita memperoleh kepastian tentang siapa sebenarnya
orang atau pihak lain yang sedang kita perhatikan tersebut.
Rasulullah
saw. telah banyak memberikan tauladan berkaitan dengan sikap kehati-hatian yang
tentu wajib kita tiru dan berlakukan dalam kehidupan keseharian. Ketika
berhadapan dengan orang munafik sekalipun, Rasulullah tidak pernah serta merta
menghardiknya atau mengabarkan kepada orang lain perihal kemunafikan orang
tersebut. Sikap yang Rasulullah cerminkan adalah berdiam dan berpaling wajah.
Realitas
atau fakta yang sering kita temukan hari-hari ini telah berpaling dari firman
Allah swt. dalam QS. Al Hujurat setalah ayat yang berkaitan dengan prinsip
tabayyun tadi. Yakni pada ayat 11 yang berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ
وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟
أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ
ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
“Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain,
(karena) boleh jadi mereka (yang dilok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan
lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang dilok-olokkan) lebih baik dari perempuan
(yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan
janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruknya
panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang
siapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
Jamaah
Jumat rakhimakumullah!
Mari
sejenak kita renungkan baik-baik firman Allah swt. tersebut dalam relung hati
kita masing-masing. Sudahkah satu ayat dari sekian ribu ayat dalam Quran itu
telah kita pegang teguh sebagai bentuk ketaatan kepada Allah swt. agar Allah
swt. meridhai kita sebagai hamba-Nya?
Minimal
dengan mengambil pilihan menahan diri terhadap keinginan kita untuk memandang
rendah bahkan mengolok-olok orang lain apalagi saudara kita sendiri. Karena
sebagaimana firman di atas, boleh jadi orang atau saudara kita lebih baik dari
kita sendiri. Dapat dengan sederhana kita simpulkan bahwa sekali lagi, kita
tidak pernah diberi hak oleh Allah untuk merendahkan orang lain maupun
menyematkan gelar-gelar yang buruk apalagi menilai orang lain serta merta buruk
di mata kita.
QS
Al-Hujurat yat ke-6 menegaskan sikap tabayyun dan ayat ke-11 menancapkan
prinsip berhati-hati. Maka mari kita sepakati bersama bahwa kedua hal tersebut
adalah merupakan ciri atau watak seorang muslim agar tercapai posisi kita
menjadi seorang yang beriman, mukmin.
Kita
berharap segala bentuk keributan dan saling sikut di dunia maya terlebih di
dunia nyata dapat lekas mereda. Harus kita mulai kepada diri kita pribadi.
Untuk bersikap konfirmatif terhadap apa saja yang kita hadapi dan selalu
berhati-hati. Mari kita ciptakan suasana yang damai dan aman bagi semuanya.
Sehingga identitas rahmatan lil ‘alamin dapat benar-benar hidup dengan menanam
kehati-hatian terhadap sesama dan selalu mawas diri terhadap diri kita sendiri.
باَرَكَ اللهُ لِيْ
وَ لَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ العَظِيْمِ وَ نَفَعَنِيْ
وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ اللهُ
مِنّيْ وَ مِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah
Kedua
الْحَمْدَ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ فِيْ سُنَتِهِ. مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ اِتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ
فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ.
Sumber : http://www.suaramuhammadiyah.id/2018/12/13/pentingnya-berhati-hati/